Pesawat latih Cessna 172 PK-HAL milik Aero Flyer Institute ditemukan dalam kondisi patah di Dusun Patapan, Desa Sukadana, Kecamatan Ciawi Gebang, Kuningan, Jawa Barat, Senin 2 Juli 2012. Sang Kapten, Heru Fahrudin tewas seketika, terjepit di jok. Sementara dua calon pilot perempuan Rara Paramita dan Nurfitriani Fatimah luka parah.
Ini bukan kali pertamanya Cessna celaka di langit Indonesia. Pada 6 Januari 2012 lalu, misalnya, pesawat Cessna latih milik Angkatan Udara jatuh di Dusun Jetis, Desa Kedungsari, Bandongan, Magelang, menewaskan Kapten Penerbang AU Ali Mustofa.
Namun, yang paling menghebohkan adalah kecelakaan Cessna 172 milik PT Nusa Flying School November 2011 lalu.
Pesawat nahas itu dinyatakan hilang kontak pada Rabu, 17 November 2011, sejak pukul 08.19 WIB, setelah terbang dari Lapangan Udara Halim Perdanakusumah.
Pencarian pesawat yang diawaki tiga orang, instruktur pilot, Partogi Sianipar (25) serta dua siswa, yaitu M. Fikriansyah (19) dan Agung Febrian (30) tak mudah. Tim SAR sempat menghentikan proses pencarian di hari ketujuh.
"Secara resmi dihentikan, karena operasi SAR ini sudah berjalan tujuh hari dan belum juga ditemukan," kata Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Pertama Daryatmo, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Rabu 23 November 2011.
Awalnya, tim optimistis karena menemukan sinyal kuat ditambah informasi visual adanya benda putih panjang di lokasi itu. Tim sudah menuju titik koordinat 064607 South dan 1073343 East yang berada di desa Cihawanjar, Lembang, Bandung.
"Hasilnya, setelah kami tiba di lokasi ternyata benda putih panjang itu hanya kain bekas layang-layang."
Titik terang baru diperoleh di hari ke-11, 28 November 2011. Warga membawa turun puing bagian sayap dan ekor dari atas gunung. Lokasi temuan berada di kawasan Gunung Ciremai, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Di ketinggian 2.000 meter, burung besi itu dalam kondisi patah.
Ketiga jasad korban ditemukan Selasa 29 November 2011 di Gunung Ciremai, Majalengka. Jenazah ketiganya ditemukan menumpuk di bagian kokpit, dengan baju pilot oranye masih menempel di badan.
sumber
0 Responses to "Cessna 172 dan Kisah Nahas di Gunung Ciremai"
Posting Komentar