Pukul 08.00 Jumat (24/8), saat embun mulai menguap, ribuan warga berjajar di depan Pagelaran Keraton Yogyakarta. Mereka datang dari berbagai penjuru Yogyakarta, bahkan luar kota, tidak ingin melewatkan kesempatan berjabat tangan dengan dwitunggal pimpinanYogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam IX. Meski harus antre berjam-jam, mereka melakukannya dengan penuh kerelaan dan ketulusan.
Sutrisno (65), warga Lendah, Kabupaten Kulon Progo, rela menunggu semalam suntuk untuk sungkem serta berhalalbihalal dengan Sultan HB X dan Paku Alam IX. ”Kamis siang saya sampai di Alun-alun utara. Semalaman saya melek (tak memejamkan mata), ingin bertemu Ngarso Dalem (Sultan). Setelah bertemu, hati jadi marem, ayem, dan tenterem,” ujarnya.
Bagi pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini, Sultan HB X bukan hanya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, melainkan raja yang dianugerahi kelebihan untuk memimpin rakyat. Tahun ini adalah kali ketiga bagi Sutrisno untuk mengikuti halalbihalal di Keraton Yogyakarta. Sutrisno beruntung mendapat giliran paling awal berjabat tangan dengan Sultan.
Arjodimulyo (70), nenek asal Turi, Kabupaten Sleman, sambil membawa salak pondoh dari kampungnya, mengantre di Pagelaran Keraton. Ia sabar menanti untuk bersalaman dengan Sultan HB X yang ditemani Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dan Paku Alam IX.
”Setiap tahun, saat Lebaran, saya selalu sowan (datang) Sultan untuk minta berkah. Bertemu Sultan rasanya senang, damai, dan dijauhkan dari segala masalah,” paparnya.
Wisatawan turut
Tak hanya warga Yogyakarta yang ingin bersalaman dengan Sultan HB X. Tampak pula di Pagelaran, wisatawan asing dan domestik yang ikut antre. Misalnya, pasangan wisatawan asal Jerman, Hans Drautzburg dan Gaby Drautzburg. ”Kami penasaran dengan Yogyakarta yang kental dengan tradisi serta pemimpinnya yang berkharisma. Kami beruntung bisa bertemu langsung dengan raja (Sultan),” ucap Gaby.
Dua wisatawan domestik asal Jakarta, Ruli dan Neneng, juga menyempatkan diri bersalaman dengan Sultan HB X, GKR Hemas, dan Paku Alam IX. Baru kali ini mereka bertemu dan berjabat tangan dengan Sultan.
Sultan HB X, GKR Hemas, dan Paku Alam IX berdiri di Pagelaran Keraton sejak pukul 08.30. Meski harus berdiri selama 2,5 jam, mereka tetap sabar melayani tetamu. Setelah seluruh antrean warga habis, ketiganya beranjak ke belakang pagelaran beristirahat sejenak.
Untuk acara itu, panitia menyiapkan 8.000 kotak makanan ringan yang diberikan kepada semua tamu. Mengiringi suasana halalbihalal, di ujung kiri Pagelaran tampil kelompok kecil pemain gamelan cokekan bersama seorang sinden.
Kerabat Keraton Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat mengatakan, kunjungan ribuan warga kepada seorang raja jarang ditemui lagi, khususnya di Indonesia. Sebab, kini banyak pemimpin yang pengabdiannya tidak lagi kepada rakyat, tetapi ”mendua” pada kepentingan lainnya.
”Kedekatan raja dan rakyat membuat siapa pun merasa diayomi, dilindungi. Dalam mengabdi, pemimpin dan rakyat tidak boleh ada kepura-puraan,” ujarnya.
ref
Sutrisno (65), warga Lendah, Kabupaten Kulon Progo, rela menunggu semalam suntuk untuk sungkem serta berhalalbihalal dengan Sultan HB X dan Paku Alam IX. ”Kamis siang saya sampai di Alun-alun utara. Semalaman saya melek (tak memejamkan mata), ingin bertemu Ngarso Dalem (Sultan). Setelah bertemu, hati jadi marem, ayem, dan tenterem,” ujarnya.
Bagi pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini, Sultan HB X bukan hanya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, melainkan raja yang dianugerahi kelebihan untuk memimpin rakyat. Tahun ini adalah kali ketiga bagi Sutrisno untuk mengikuti halalbihalal di Keraton Yogyakarta. Sutrisno beruntung mendapat giliran paling awal berjabat tangan dengan Sultan.
Arjodimulyo (70), nenek asal Turi, Kabupaten Sleman, sambil membawa salak pondoh dari kampungnya, mengantre di Pagelaran Keraton. Ia sabar menanti untuk bersalaman dengan Sultan HB X yang ditemani Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dan Paku Alam IX.
”Setiap tahun, saat Lebaran, saya selalu sowan (datang) Sultan untuk minta berkah. Bertemu Sultan rasanya senang, damai, dan dijauhkan dari segala masalah,” paparnya.
Wisatawan turut
Tak hanya warga Yogyakarta yang ingin bersalaman dengan Sultan HB X. Tampak pula di Pagelaran, wisatawan asing dan domestik yang ikut antre. Misalnya, pasangan wisatawan asal Jerman, Hans Drautzburg dan Gaby Drautzburg. ”Kami penasaran dengan Yogyakarta yang kental dengan tradisi serta pemimpinnya yang berkharisma. Kami beruntung bisa bertemu langsung dengan raja (Sultan),” ucap Gaby.
Dua wisatawan domestik asal Jakarta, Ruli dan Neneng, juga menyempatkan diri bersalaman dengan Sultan HB X, GKR Hemas, dan Paku Alam IX. Baru kali ini mereka bertemu dan berjabat tangan dengan Sultan.
Sultan HB X, GKR Hemas, dan Paku Alam IX berdiri di Pagelaran Keraton sejak pukul 08.30. Meski harus berdiri selama 2,5 jam, mereka tetap sabar melayani tetamu. Setelah seluruh antrean warga habis, ketiganya beranjak ke belakang pagelaran beristirahat sejenak.
Untuk acara itu, panitia menyiapkan 8.000 kotak makanan ringan yang diberikan kepada semua tamu. Mengiringi suasana halalbihalal, di ujung kiri Pagelaran tampil kelompok kecil pemain gamelan cokekan bersama seorang sinden.
Kerabat Keraton Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat mengatakan, kunjungan ribuan warga kepada seorang raja jarang ditemui lagi, khususnya di Indonesia. Sebab, kini banyak pemimpin yang pengabdiannya tidak lagi kepada rakyat, tetapi ”mendua” pada kepentingan lainnya.
”Kedekatan raja dan rakyat membuat siapa pun merasa diayomi, dilindungi. Dalam mengabdi, pemimpin dan rakyat tidak boleh ada kepura-puraan,” ujarnya.
ref
0 Responses to "Kerelaan dan Ketulusan Bersama Sultan"
Posting Komentar