Perkembangan penyimpanan Video secara digital ke dalam pita analog membuat para produsen media penyimpanan digital berfikir “Kenapa koq data digital disimpannya di dalam pita? Kenapa gak ke dalam produk kita aja dimana data disimpan dalam sebuah chip? Kan ringkas juga, tuh!”.
Akhirnya dengan kompresi MPEG-2 dan MPEG-4 (tergantung produsennya) terciptalah format penyimpanan digital yang disimpan dalam media MMC (Multimedia Card), CF Card (Compact Flash Card), Sony Memory Stick Pro, P2 Card, bahkan Hard-Disc. Kamera yang menggunakan media penyimpanan digital ini menjadikan video yang kita rekam sebuah file video yang kemudian akan kita buka menggunakan komputer. Layaknya file video yang kita simpan di USB flashdisc, file-file video akan tersimpan di dalam media penyimpanan digital.
Sampai dikeluarkannya DVD-Kamera pada tahun 2003, para pengguna kamera profesional masih percaya pada media kaset untuk perekaman gambar.
Kamera-kamera kelas profesional perlahan mulai merambah ke media ini dengan target editing digital non-linear. Tokh nanti ketika akan diedit, video (walaupun ditaruh ke dalam pita kaset digital) akan dijadikan sebuah file video lagi yang dimasukkan ke dalam komputer. Pada awal hingga akhir tahun 2006, para produsen kamera (SONY, Samsung, Hitachi) membuat kamera dengan format penyimpanan DVD untuk kelas konsumen. Pada tahun 2007 akhir, SONY dan Panasonic mengeluarkan kamera Handycampro HD dengan format profesional (dengan spesifikasi sama dengan Sony D-55) yang mampu merekam gambar 1920 x 1080 (1080 line) dengan sensor ½” x 3 CCD menggunakan media rekam Digital Storage (Memory Stick Duo). Dengan rekomendasi penggunaan 8Gbites P2 dan menggunakan resolusi penangkapan tertinggi mampu merekam gambar selama 30 menit atau 320 menit dalam format DV standar.
Format Digital Cinema-pun menyerah pada kemampuan pita dalam penangkapan gambar dengan resolusi tinggi dan penyimpanan file berukuran besar. ARRIFLEX D-20 (2048 x 1152, 2K) dan RED One (Red Technology Inc. Max. Res. 4096 x 2304, 4K) menggunakan media Hard-Disc danCompact Flash Card sebagai Digital Magazinenya. Red One dengan ukuran sensor gambar 12 Megapixels CMOS berukuran Super 35mm “Mysterium”(lebar sensor 24,4 x 13,7cm) dapat menghasilkan resolusi maksimal 4096 x 2304 dan menghasilkan kompresi “RedCode RAW”. RED Code mampu menghasilkan kompresi Uncompressed dengan ukuran file dengan bitrate rendah , yaitu 28MB/st (224 megabits/dt), dan 36 MB/dt (288 megabits/dt). Bentuk dan ukuran kamera RedOne kecil, seukuran handycam dan berat kamera (body only) 4Kg.
Gambar 1.12. ARRIFLEX D-20 – Format kamera dengan sistem Digital Cinema. Dengan sensor 35mm, ARRIFLEX D-20 mampu merekam gambar dengan resolusi 2K (2048 x 1152px), dengan media penyimpanan HardDiscsebagai Digital Magazinenya[1].
Gambar 1.13 RedONE Digital Cinema – Format kamera yang mulai dijual di pasaran pertengahan 2007 ini walau berbadan kecil, tetapi memiliki sensor super 35mm CMOS (24,4 x 13,7 cm) dan mampu merekam gambar beresolusi 4K (4096 x 2304px) dengan media penyimpanan digital HardDiscmaupun Compact Flash sebagai Digital Magazinenya[2].
RED Digital Magazine merupakan 2 buah 2,5” SATA (serial-ATA) Hard Disc320 Gbytes dengan konfigurasi RAID 0 (2 harddisk merekam data yang sama bersamaan, menjaga agar jika salah satu harddisk rusak, masih ada backup-nya). 320 Gbytes HardDisk ini dapat menyimpan gambar beresolusi 4K dengan durasi 2 jam. HardDisk ini dapat dikoneksikan menggunakan firewirea (400mbps max), firewire b (800mbps), maupun USB 2.0 (420mbps). Red Camera juga menyediakan media penyimpanan menggunakan Compact Flash Card 8Gbytes. Dengan menggunakan CF Card 8 Gbytes, video beresolusi 4K dapat tersimpan dengan durasi 6 menit.
Munculnya/masukknya ARRIFLEX ke dalam dunia Digital Cinema menjadikan cukup banyak pro-kontra oleh para pendukung digital (dalam dunia perfilman) dengan para pendukung film analog. Film yang dikatakan memiliki ciri khas khusus dalam mereproduksi gambar dianggap tidak dapat digantikan oleh video. Sementara para produsen kamera video yang bersolusi tinggi tidak mau produknya disebut sebagai Hi-Res Video (video beresolusi tinggi), tetapi mereka menyebut dirinya Digital Cinema, walau pada kenyataannya memang prosesnya merupakan video beresolusi tinggi.
Di Indonesia, Trans TV yang muncul pada tahun 2001 mengumandangkan sebagai The first Tape-less TV Station in Indonesia (transtv.co.id). Artinya, sistem penyiaran TRANS TV tidak menggunakan pita kaset, melainkan komputer dengan media penyimpanan Hard-Disk. Perdebatan terjadi menyangkut kompatibilitas komputer PC. Dengan kesimpulan bahwa sistim siar memang menggunakan media hard-disk, tetapi media penyimpanan “pasca siar” atau setelah siaran disimpan dalam bentuk kaset (DVCPRO 50) dan di simpan di dalam pustaka kaset milik mereka.
0 Responses to "Media Penyimpanan Digital (Digital Storage)"
Posting Komentar