Tunggal Putri, Terburuk Sepanjang Sejarah

Category:
 
 
image
TURNAMEN akbar Djarum Indonesia Open 2012, kini telah memasuki babak-babak akhir. Di tunggal putri, sebagaimana sudah diduga sebelumnya, wakil-wakil Indonesia sudah berguguran di babak awal. Ketidakmampuan Aprilla Yuswandari mematahkan dominasi Saina Nehwal, kampiun 2009 dan 2010 dari India, dalam babak kedua, menyudahi harapan pecinta bulutangkis Tanah Air untuk melihat jagoannya melangkah lebih jauh lagi.
Bahkan ironisnya, raihan tunggal putri di depan publik sendiri pada tahun ini, adalah yang terburuk dalam sepanjang sejarah Indonesia Open. Persaingan Maria Febe Kusumastuti dan Adrianti Firdasari sebelum turnamen digelar berkaitan geger wild card Olimpiade London, tidak juga mempan menjadi pelecut bagi mereka bertahan lebih lama.
Firda tidak mampu menahan sakit bahkan harus keluar lapangan dengan kursi roda saat menghadapi pemuncak dunia asal China Wang Yihan di babak pertama. Demikian pula dengan Febe, meski mampu memangi gim pembuka, namun akhirnya tertunduk lesu usai dikalahkan pebulutangkis India, Sindhu PV.

Hasil sama pun didapat Ana Rovita yang diharapkan menapaki jejak dua tahun silam. Lolos ke semifinal meski memulai turnamen sebagai pemain pengganti babak pendahuluan. Senasib dengan Desi Hera yang rontok di babak pertama. "Set ketiga dia (Saina) mengubah gaya permainan. Harusnya saya bisa lebih cepat lagi," tutur Aprilla mengomentari kekalahan rubber game dari Saina Nehwal.
Hanya satu tunggal putri Indonesia di babak kedua yang akhirnya gagal melangkah ke babak ketiga, mengulangi prestasi sama 10 tahun lalu. Pada 2003, anak ajaib Mia Audina yang menjadi satu-satunya duta yang tersisa juga gagal melangkah ke babak tiga. Sisanya, Maria Ip, Priyanti Cahyaning, Yuli Marfuah, Dian Novita Sari, Dewi Arisandi, dan Maria Kristin, semuanya rontok di babak pertama.
Memilukan
Tiga tahun kemudian raihan sama terulang lagi, tiada tunggal putri yang melangkah lebih jauh dari babak kedua. Bedanya saat itu terdapat 'dua' pemain Indonesia yang bertarung di babak kedua, yakni Maria Kristin, dan Mia Audiana. Jumlah dua beri tanda petik sebab, Mia ketika itu tidak lagi membela panji Indonesia setelah mengikuti kewarganegaraan suaminya yang berasal dari Belanda.
Prestasi tunggal putri Indonesia setelah Ellen Engelina kali terakhir menjadi juara tahun 2001, memang memilukan meski tidak seterpuruk tahun ini. Selepas tahun 2001, setidaknya ada satu tunggal putri yang melangkah hingga babak delapan besar. Firda melakukannya tahun lalu, kemudian Febe (2009), Maria Kristin (2005 dan 2007), dan Fransiska Ratnasari tahun 2004.
Prestasi terbaik ditorehkan Maria Kristin pada 2008. Bukan termasuk daftar unggulan, meski mampu memaksakan rubber game, di babak pamungkas dirinya tidak kuasa menahan gempuran unggulan pertama asal China, Zhu Lin.
"Sungguh sangat disayangkan Bung, kini tidak ada lagi tunggal putri kita yang tersisa," tutur mantan Ratu Bulutangkis Indonesia, peraih lima gelar Indonesia Open, Susi Susanti, dalam komentarnya di layar kaca.


 http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sport/2012/06/16/17352/Tunggal-Putri-Terburuk-Sepanjang-Sejarah

0 Responses to "Tunggal Putri, Terburuk Sepanjang Sejarah"

Posting Komentar

Next Prev home